Rabu, 09 Februari 2011

Adakah Kita Bersyukur Di Hari-Hari Sulit


Berapa banyak dari hari-hari dalam kehidupan ini, kita dihadapkan pada persoalan-persoalan yang seolah-olah enggan untuk berlalu begitu saja.
Dan tak sedikit masalah tersebut menimbulkan masalah lainnya.
Adakah kita pernah luput dari perasaan kesal dan “pengen marah” saat-saat kita ‘kepepet’ dengan berbagai permasalahan tadi. Belum lagi saat setiap masalah yang ada bukanlah kita yang memulainya.

Sehingga adalah lumrah jika lontaran-lontaran kekesalan memenuhi pikiran, hati dan mulut. Mengeluh, ataupun memasang tampang mengeluh adalah salah satu cara untuk mengekspresikan betapa kita tidak terima terhimpit permasalahan–lagi-lagi permasalahan yang ‘dilimpahkan’ oleh orang lain. Namun pada saat seperti itu, masih ada suara yang berbisik, “Adakah kasih di hatimu? Di mana kau tinggalkan Aku?”
Tapi, sekali lagi, dengan berbagai macam alasan seperti: “Loh, itu kan bukan salahku, itu kan bukan bagianku..kenapa aku yang dipersulit.” atau, “Apa tidak ada yang bisa mengerti kalau aku juga punya masalah?” dan lain sebagainya. Bersungut-sungut pun berlanjut…
Namun suara itu masih saja setia…”Di manakah cahayaKu yang telah kuletakkan di matamu? Di mana cintaKu yang kucurahkan di hati dan mulutmu?”
Dan hati kita pun menjadi berat…berat dengan perasaan malu.
Teringat pada kata Paulus kepada umat di Filipi, “…lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiaga bernoda…” (Filipi 2:14-15a)

Mulut dan hati kita bersukacita saat menaikkan pujian, begitu pula saat pikiran melayang pada kasihNya yang ajaib tiada tara…tapi begitu mudahnya kita menodai kemuliaanNya dengan bersungut-sungut atas tanggung jawab dan permasalahan yang ada. Memang, beberapa kali, kita masih ingat bahwa kita sanggup ini, itu, jago ini, itu…dan kita lupa bahwa sebenarnya kita tidak ada apa-apanya tanpa embel-embel pendidikan, keluarga, status, kekayaan, pekerjaan. Namun, tetap saja kita masih sanggup berdiri tegak dan berkata, “Ya. saat ini saya mau coba menghadapi semuanya–jika perlu: dunia– SENDIRI!”
Dan hasilnya…..?
“Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yesaya 30:15)
Tapi… “Tetapi kamu enggan, kamu berkata: “BUKAN, KAMI MAU NAIK KUDA DAN LARI CEPAT” maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula,”KAMI MAU MENGENDARAI KUDA TANGKAS,”maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi. (Yesaya 30:16)

Ada banyak yang rela jatuh bangun demi menunjukkan pada dunia bahwa
“KAMI SANGGUP DENGAN KEKUATAN SAYA SENDIRI…. INILAH SAYA….(ha..ha..ha)”.
Dan saat jatuh…jatuh lebih dalam lagi.

Padahal hanya ada satu yang berani berjanji seperti ini, “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28)

Dan janji itu setia.

Saat kita mau dengan rendah hati menyerahkan segala beban kepadaNya, dan mau membiarkan hujan kasihNya membasahi dan membilas hati dan pikiran kita, maka benarlah apa yang telah dikatakanNya, “…karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. “(Matius 11:29)

Tidak perlu ngoyo…tidak perlu stress dan migrain segala. Sebab segala permasalahan menjadi hadiah yang begitu indah dariNya, saat kita merasakan betapa lemah lembut kasihNya dan betapa rendah hati diriNya…Dan yang kita rasakan hanya bahagia, haru dan sukacita… saat itu, segala permasalahan musnah…dan jalan keluar terbentang di muka sana, sebab Dia tidak pernah membiarkan semua pintu dan jendela tertutup bagi yang percaya kepadaNya.

Saat itu, adakah kita tersadar, dengan melepaskan segala kepunyaan kita, segala kedudukan dan keilmuan kita…Kita hanyalah sasaran dari curahan kasih Yesus yang paling besar, dan itu adalah hal yang akan membuat mulut,hati dan pikiran kita bersukacita saat permasalahan menghimpit…

“Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan”
(Matius 11:30)

Tidak ada komentar: